Sabtu, 01 Juni 2013

khutbah / ceramah menahan marah


Menahan Marah
KHUTBAH PERTAMA
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Hendaklah kita senantiasa menjaga ketaqwaan kita kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sesuai kemampuan kita dan menjauhi semua larangan-Nya. Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang telah menciptakan seluruh alam ini mewajibkan kita untuk berakhlak dengan akhlak terpuji dan melarang kita berakhlak dengan akhlak buruk dan tercela. Di antara akhlak tercela yang harus kita hindari adalah prilaku melampiaskan amarah tanpa kendali. Suatu ketika salah seorang shahabat Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta nasihat ringkas tentang sesuatu yang bermanfaat baginya dalam urusan agama. Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatinya agar tidak marah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulanginya sampai tiga kali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لاَ تَغْضَبْ
Janganlah kamu marah!” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Janganlah kamu marah!” (HR. Bukhari)
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Perhatikanlah nasihat ringkas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada salah seorang shahabat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memintanya. Shahabat ini meminta nasihat ringkas agar mudah dihafal dan selanjutnya mudah diamalkan. Jika nasihat itu banyak, dia khawatir tidak bisa mengingatnya dengan baik sehingga juga tidak bisa mengamalkannya dengan baik. Jawaban Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diulang-ulang ini menunjukkan bahwa marah merupakan sumber keburukan, sebaliknya menahan amarah adalah pangkal berbagai kebaikan. Dan ini bisa saksikan dalam banyak fakta kehidupan kita saat ini atau kehidupan orang-orang sebelum kita. Mengingat besarnya dampak buruk dari marah ini, maka tidaklah mengherankan kalau Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang nasihat tersebut.
Sementara dilain waktu, Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk menahan amarah dengan segala cara yang bisa dilakukan.
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Dari amarah yang tidak terkendali sering bermunculan berbagai prilaku yang diharamkan syariat. Misalnya, mencela, menuduh orang dengan sesuatu yang tidak benar, melakukan perbuatan keji dan mungkar, mengucapkan sumpah yang tidak mungkin dilaksanakan karena bertentangan dengan ajaran Islam dan berbagai perbuatan buruk lainnya, termasuk sering berdampak pada keutuhan rumah tangga. Dan hampir bisa dipastikan, pelampiasan amarah yang tidak terkendali akan menimbulkan penyesalan yang berkepanjangan.
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa bertaqwa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan senantiasa berusaha menahan amarah kita. Jadikanlah sabda Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas sebagai pedoman dan hendaklah kita menjadikan prilaku Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tauladan. Bukankah Allâh Subhanahu wa Ta’ala sudah berfirman,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh (QS. al-Ahzâb/33:21)
Dalam masalah me-manage marah ini, diriwayatkan bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah karena dipicu urusan pribadi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan sangat marah kalau aturan-aturan Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang dilanggar. Dan ketika marah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukukul atau pun menendang, kecuali dalam peperangan. Salah seorang shahabat Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah membantu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selama bertahun-tahun menceritakan,
قاَلَ أَنَسٌ وَاللهِ لَقَدْ خَدَمْتُهُ سَبْعَ سِنِيْنَ أَوْ تِسْعَ سِنِيْنَ مَا عَلِمْتُ قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا وَلاَ لِشَيْءٍ تَرَكْتُ هَلاَّ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا
Anas radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala, aku telah membantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama tujuh atau sembilan tahun. (Selama itu) Saya tidak pernah mengetahui beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kenapa kamu lakukan ini dan itu’ untuk sesuatu yang telah saya lakukan, sedangkan terhadap sesuatu yang tidak aku kerjakan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengatakan, ‘Tidakkah engkau lakukan ini dan itu?’
Subhânallâh, alangkah indah akhlak Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat menghargai orang yang dipandang rendah sekalipun.
Ketika ‘Aisyah radhiallahu ‘anha ditanya tentang akhlak Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau radhiallahu ‘anha menjawab,
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah alquran.
Maksudnya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ridha dengan segala yang diridhai alqurân dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dengan sebab kemarahannya. Namun kemarahan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak dilanjutkan dengan sesuatu yang diharamkan. Perhatikanlah bagaimana sakit dan marahnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disampaikan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perkataan seseorang yang mengatakan bahwa pembagian ghanimah yang dilakukan oleh Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Hunain bukan dalam rangka mencari ridha Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Begitu besar murka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai-sampai tanda amarah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat di wajah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mengatakan, “Nabi Musa shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disakiti dengan perkataan yang lebih menyakitkan dari ini, namun beliau ‘alaihissalam bersabar.
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Dan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat ataupun mendengar sesuatu yang dibenci oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah tinggal diam. Suatu saat Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumah ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dan melihat ada sitr yang bergambar makhluk hidup. Melihat kemungkaran itu, rona wajah Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam seketika berubah dan bersabda,
إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِيْنَ يُصَوِّرُوْنَ هَذِهِ الصُّوَرَ
Sesungguhnya, di antara orang-orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang membuat gambar-gambar ini. (HR. Bukhari)
Contoh lain tentang kemampuan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatasi emosi yaitu ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dikabarkan tentang seorang imam yang memperpanjang shalatnya sehingga memberatkan makmum yang ada di belakangnya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat marah. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat dan memerintahkan agar memperpendek shalatnya.
Itulah beberapa contoh gambaran kemarahan Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam, penyebabnya serta perilaku beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika marah, semoga Allâh Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik kepada kita semua sehingga bisa menjadikan Rasûlullâh sebagaia contoh tauladan yang baik bagi diri kita sediri.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَ لَكُمْ وَلِسَائِرِ الْْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Di antara yang perlu diingat agar kita bisa menahan emosi kita adalah dampak buruk yang diakibatkan oleh pelampiasan emosi yang tidak terkontrol, yang hampir bisa dipastikan akan mendatangkan penyesalan. Dan hendaklah kita selalu ingat bahwa apapun yang kita lakukan semua tercatat, baik yang kecil maupun yang besar. Jika baik yang kita lakukan, maka kebaikan pula yang akan raih, tapi jika keburukan yang kita tabung untuk diri kita, maka keburukan pula yang akan menimpa kita dan pada akhirnya penyesalan yang tidak berkesudahan akan menjadi akhir dari perjalanan hidup kita. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شّرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. az-Zalzalah/99: 7-8)
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
وَالَّذِينَ جَآءُو مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَىمُحَمَّدٍ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَ آخِرُ دَعْوَانَا الْحَمْدُِ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Sabtu, 25 Mei 2013

makalah psikologi kesehatan


MAKALAH
Psikologi Kesehatan Dan Determinan perubahan Prilaku
  Disusun Untuk Memenuhi Nilai Tugas Psikologi Kesehatan
Di Susun Oleh :

1.       Bagus Fendi Kusuma                     (101510221)
2.       Iskandar                                         (101510307)
3.       Rahmat Illahi                                 (101510336)
4.       Teguh Apriansyah                         (101510379)
5.       Heriyadi                                         (101510672)
6.       Andi Juanda                                   (101510191)
7.       Nurhasanah                                    (101510306)
8.       Novia Rianita                                 (101510006)
9.       Ayu Wulandari                              (101510043)
10.  Putra                                              (101510170)
Logo-UMP-Hitam.png
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2011/2012


KATA PENGANTAR

      Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, tim penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu seperti yang telah ditentukan. Judul makalah yang penulis buat ini adalah Psikologi kesehatan dan determinan perubahan prilaku.
      Makalah ini disusun sebagai persyaratan untuk mendapatkan nilai mata kuliah Psikologi kesehatan. Makalah ini telah penulis susun dengan usaha semaksimal mungkin. Akan tetapi, penulis masih menyadari isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.
      Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran perbaikan yang membangun, demi kesempurnaan Makalah yang selanjutnya. Kekurangan  milik kita, kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
     

           

                                                                            Pontianak, 02 Oktober 2011
                                                                                      
                                                                                            Penulis,






 BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar  Belakang
Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak akan pernah terlepas dari kehidupan sosial. Manusia miliki jiwa yang akan mempengaruhi baik tingkah laku, sikap, persepsi dalam menentukan pilihan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam bidang kesehatan, psikologi berperan membantu manusia untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan manusia tersebut, yang dipandang dari segi mental dan kejiwaan.
Dengan psikologi, dapat diketahui perubahan-perubahan prilaku yang  terjadi dalam diri individu. Bukan hanya prilaku yang berubah, namun manusia dapat berfikir lebih sehat dalam menentukan status kesehatanya sendiri.
Didalam kehidupan bermasyarakat, psikologi sangat membantu dalam menentukan kebiasaan, budaya masyarakat, sehingga masyarakat diharapkan dapat memilah dan berfikir baik buruk suatu kebudayaan, dilihat dari akibat yang timbul dari budaya tersebut.
Psikologi kesehatan dapat membantu masyarakat mengetahui hal yang terbaik dalam menentukan hal yang tepat dalam menangani masalahnya sendiri. Dengan adanya psikologi kesehatan, secara tidak langsung masyarakat akan dapat membuat suatu rencana, organisasi, program yang baik dalam mengatasi masalah kesehatannya sendiri.
Dari hal diatas, maka dari itu kam dalam penulisan makalah ini akan membahas tentang psikologi kesehatan itu sendiri dan perubahan tingkah laku.
1.2       Rumusan masalah
     Adapun rumusan masalah yang kami angkat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan psikologi ?
b. Apa yang dimaksud dangan psikologi kesehatan ?
c. Apa itu determinan perubahan prilaku ?

1.3       Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan psikologi.
b. Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan psikologi kesehatan.
c. Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan perubahan dan tingkah laku beserta proses terjadinya prilaku.


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Psikologi Kesehatan
2.1.1         Definisi Psikologi
Bila dilihat dari sudut terminologi maka kata psikologi terdiri dari dua macam kata yakni: psyche berarti jiwa dan logos yang kemudian menjadi logi yang berarti ilmu. Maka kata psikologi (psychology) berati ilmu pengetahuan tentang jiwa, tidak terbatas pada jiwa manusia saja akan tetapi termasuk juga jiwa binatang dan sebagainya.
Dikalangan ahli psikologi pengertian dari kata psikologi  tersebut tidak dapat perbedaan, akan tetapi mereka berbeda dalam memberikan batasan atau definisi psikologi. Perbedaan definisi yang diberikan oleh para ahli psikologi terhadap psikologi adalah akibat dari perbedaan sudut pandang yang berasaskan pada perbedaan aliran-aliran paham dalam psikologi itu sendiri. Untuk mengetahui perbedaan pengertian tersebut berikut ini dikemukakan pendapat para ahli psikologi berturut-turut dari sejak berdirinya sampai pertengahan abad 20 ini.
a. Wilhem Wundt (1832-1920)
Memberikan batasan pengertian psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki pengalaman yang timbul dalam diri manusia seperti pengalaman persaan, panca indera, merasakan suatu, berpikir dan berkehendak ; bukannya mempelajari/menyelidiki pengalaman diluar diri manusia karena pengalaman demikian menjadi objek penyelidikan ilmu pengetahuan alam (fisika).
Wundt terkenal sebagai Guru besar pada universitas  leipzing pendiri laboterium psikologi yang pertama di dunia di pandang juga sebagai pendiri psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri terpisah dari filsapat dan ilmu alam. Psikologi olehnya dianggap sebagai ilmuan disemu pengetahuan tentang jiwa(mind) yang ingin ia kembangkan. Corak psikologi yang ia kembangkan bersama muridnya pada setengah abat kemudian disebut sturalisme, karena berusaha mempelajari tentang struktur(bentuk jiwa), yaitu mengurai unsur –unsiur jiwa kesadaran serta mempelajari cara-cara unsur tersebut saling berhubungan.


b. Floid L. Rich
Seorang sarjanawan amerika serikat m,enyatakan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses penyesuaian diri manusia yang berupa tingkah laku yang berusaha memenuhi kebutuhan baik biologis maupun kebutuhan hidup sosialnya.
Jadi yang dijadikan objek penelitian adalah tingkah laku yang berhubungan dengan proses penyesuaisan diri. Tingkah laku tersebut bertujuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup biologis sebagai makhluk indifidual dan tuntutan hidup sosial sebagai makhluk sosial.
Dalam proses penyesuaian diri terhadap kebutuhan dari dalam dan kebutuhan dari lingkungan tersebut manusia berfungsi secara keseluruhan. Sedangkan tujuan psikologi adalah berusaha memahami, meramalkan dan mengontrol tingkah laku tersebut.

2.1.2    Definisi Psikologi Kesehatan
Secara  garis besar definisi psikologi kesehatan adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.    Psikologi kesehatan menyangkut bagian khusus dari bidang ilmiah psikologi yang memfokuskan pada studi prilaku yang memiliki kaitan dengan kesehatan dan penerapan dari kesehatan ini.
b.    Penekanan pada peran prilaku yang normal didalam mempromosikan kesehatan (promosi kesehatan dan pencegahan dasar) pada level mikro, meso dan makro dan menyembuhkan penyimpangan kesehatan.
c.    Banyak bidang psikologi yang berbeda dapat memberikan sumbangan kepada bidang psikologi kesehatan.  

2.2       Determinan Perubahan Perilaku
2.2.1         Konsep umum
Faktor  penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik secara internal maupun eksternal (lingkung). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yakni aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara rinci perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,persepsi,sikap dan sebagainya.
Namun demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio budaya masyarakat, dan sebagainya  proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan.
Disamping asumsi tersebut ada beberapa asumsi lainnya, antara lain asumsi yang mendasarkan kepada teori kepribadian dari spranger.Spranger membagagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayan. Kepribadian sesorang ditentukan oleh salah satunilai budaya yang dominan.
Determinan Perilaku Manusia
Pengalaman Keyakinan Fasilitas Sosio-Budaya
 
 





Kepribadiaan akan menentukan perilaku manusia yang bersangkutan. Beberapa teori yang tel dicoba untuk mengungkap determinan dri beberapa analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khusuusnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu B.Kar (1983), WHO (1984).
a.       Teori Lawrence Green (1980)
Ia mencoba  menganalisis perilalaku manusia dari tingakat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku ( behaviour causes ) dan faktor diluar perilaku ( non behaviour causes ). Selanjutnya perilaku sendiri itu ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.
·         Faktor-faktor predisposisi ( predisposing faktors), yang terwujud dalam pemgetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
·         Faktor-faktor pendukung (enabling faktors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia tau tidak tersediannya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainnya
·         Faktor-faktor pendorong ( renforcing  factor ), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
b.      Teori Snehandu B. Kar
Karena mencoba menganilisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :
·         Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau parawatan kesehatannya ( behaviour intention ).
·         Dukungan sosial dari masyarakat sekitar ( social –support)
·         Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebbality information )
·         Atonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan ( personal autonomy)
·         Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation)
c.       Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku  tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok.
Pemikiran atau perasaan (troughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuian, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian0penilaian seseorang terhadap objek ( dalam hal ini objek kesehatan ).
·         Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari pengalaman orng lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya kena api.
·         Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orng tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak kesulitan dalam melahirkan.
·         Sikap
Sikap mengambarkan suka atau tidak suka seseorang dalam objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang yang paling dekat. Sikap membuat seseorang  mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
2.2.2    Konsep Perilaku
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespons (Skinner, 1938 dalam Soekidjo Notoadmodjo, 2003 : 118).
Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, dan sebagainya (Becker, 1979).
Perilaku sakit (illness behavior) yakni segala tindakan atau tindakan yang dilakukan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan.
Skinner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :
a.       Perilaku tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
b.      Perilaku terbuka (overt behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

2.2.3    Teori Perubahan Perilaku Kesehatan
A.      Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya, kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku sama dengan proses belajar, pada individu yang terdiri dari:
a.     Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti di sini. Akan tetapi bila stimulus diterima oleh organism berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b.    Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c.     Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap)
d.    Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
B.             Teori Festinger (Dissonance Theory)
Teori Finger (1957) telah banyak pengaruhnya dalam psikologi social. Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance. Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah tidak terrjadi ketegangan diri lagi, maka keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).
Dissonance terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang ebrbeda/bertentangan dalam diri individu sendiri, maka terjadilah ketidakseimbangan. 
Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah elemen kogniti yang tidak seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-sama pentingnya. Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu tersebut. Seorang ibu rumah tangga yang bekerja dikantor. Disatu pihak dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatn bagi keluarganya, yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak-anaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga.
Di pihak lain, apabila ia tidak bekerja, jelas ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga . dipihak lain, apabila ia bekerja, ia khawatir terhadap perawtan anak-anaknya akan menimbulkan masalah.  Kedua elemen ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.
C.           Teori Fungsi
Teori ini berdasakan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apanila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
a.     Perilaku memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap keutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positf terhadap objek demi pemenuha kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. misalnya ada orangyang mau membuat jamban apabila jamban tesebut benar-benar sudah menjadi kebutuhannya.
b.    Perilaku dapat berfungsi sebagai “defence mecanism” atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya, dengan perilaku dan tindakan-tindakannya manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya , orang dapat menghindari penyakit demam berdarah, karena penyakit tersebut merupakan ancaman baginya
c.     Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam perananya itu sesorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui tindakannya. Dengan tindakan sehari-harinya tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya seseorang merasa sakit kepala maka untuk mengatasinya org trsebut minum obatwarung dan meminumnya, atau dengan tindakan2 lain
d.    Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku dapat merupakan ‘layar’ dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, gusar, senang dll, dapat dilihat dari perilaku dan tindakannya
Teori ini meyakinkan bahwa perilaku ini mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu, di dalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
D.   Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang.
Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :
a.    Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasu sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya anak sedikit, dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB dinaiknnya dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.
b.    Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya, contoh di atas, dengan pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak banyak rezeki, adalah kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut melemah, dan akan terjadi perubahan perilaku orang tersebut.
c.     Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun. Dengan keadaa semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh di atas, penyuluhan KB yang berisikan memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki akan meningkatkan kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.
Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
a.         Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
b.         Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c.         Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.
Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu :
a.         Pemikiran dan perasaan
Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain.
b.         Orang penting sebagai referensi
Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain.
c.         Sumber-sumber daya
Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif.
d.        Kebudayaan
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.
Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.














BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
       Psikologi adalah ilmu yang tidak hanya membahas tentang pengalaman manusia saja, juga tidak hanya mempelajari jiwa serta tingkah laku manusia, akan tetapi ia mempelajari pengalaman, kegiatan rohaniah dan tingkah laku dalam hubungannya dengan sikap responsif serta penyesuaian dirinya terhadap lingkungan sekitar.
Psikologi kesehatan adalah ilmu yang membahas tentang pengalaman manusia terhadap kesehatan, baik jiwa, tindakan terhadap kesehatannya sendiri dan terhadap kesehatan sosial. Adapun determinan prilaku manusia memiliki proses pengalaman keyakinan fasilitas sosio-budaya kemudian pengetahuan persepsi sikap keinginan kehendak motivasi niat kemudian akan berakibat kepada prilaku.










DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul, DR. MPH.1988.Administrasi Kesehatan .Jakarta: Bina Rupa Aksara
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu prilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Bandiah, DKK.2008. Psikologi Kesehatan. jogjakarta: Mitra Cendikia Press
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/04/26/bab-v-identifikasi-masalah-kesehatan/